Rabu, 02 November 2011

RESENSI NOVEL “SANG PEMIMPI”


RESENSI NOVEL
“SANG PEMIMPI”
1. Identitas Buku
Judul
: Sang Pemimpi
Penulis
: Andrea Hirata
Penerbit
: PT Bentang Pustaka
Halaman
: x + 292 Halaman
Cetakan
: ke-14, januari 2008
ISBN
: 979-3062-92-4
2. Pratinjau
Luar biasa. Begitulah kesan yang tersirat setelah membaca buku kedua dari
tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Bagaimana tidak? Alur
cerita dan gaya bahasa yang disuguhkannya mampu dikemas begitu apik
dari awal hingga akhir. Ditinjau dari segi intrinsiknya, novel ini bisa dibilang
hampir tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Andrea dengan cerdas
menggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap
karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan
ceritanya. Bahasanya pun sangat memikat, dengan dibumbui ragam
kekayaan bahasa dan imajinasi yang luas. Novel ini memiliki kekayaan
bahasa sekaligus keteraturan berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah-
istilah saintifik, humor metaforis, hingga dialek dan sastra melayu
bertebaran di sepanjang halaman. Mulanya, cerita ini lebih bernuansa
komikal dengan latar kenakalan remaja pada umumnya. Canda tawa khas
siswa SMA sangat kental. Namun lebih dalam menjelajahi setiap makna
kata demi kata, terasalah begitu kuat karakter yang muncul di tiap-tiap
tokohnya. Terlebih saat Andrea membawa kita ke dalam kenyataan hidup
yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik
kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan
obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan
mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota
impiannya.
Selain menggambarkan betapasuperpower-nya kekuatan mimpi, pada
novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu
besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi
anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli
bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Disinilah cerita mulai
berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang
ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang
ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan
sarat akan pesan-pesan moril.
Angkat topi untuk Andrea Hirata yang telah berhasil membuat suguhan
kisah yang kental dengan budaya melayu namun sangat cerdas dan
saintifik. Tak hanya bisa membuat seseorang kembali membangun mimpi-
mimpinya, novel ini juga bisa menambah rasa hormat kita kepada sang
ayah dan mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang
sangat terbatas.
3. Isi3.1
Unsur Intrinsik
3.1.1 Tema
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain
adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi
kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan
per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.
3.1.2 Latar
Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
3.1.3Penokohan dan Perwatakan
Ikal             : baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka Bang Roma
Arai            : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah
Jimbron      : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias pada kuda
Pak Balia
   : baik, bijaksana, pintar
Pak Mustar
: galak, pemarah, berjiwa keras
Ibu Ikal       : baik, penuh kasih sayang
Ayah Ikal    : pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana
Dan tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
3.1.4 Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan
mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai
kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
3.1.5Gaya Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan
kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada
unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya
mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak
mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan
kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada
unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya
mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak
mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
3.1.6 Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah
jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap
subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah
bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam
hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel
ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala
keterbatasan.
3.1.7 Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana
penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.
3.2 Unsur Ekstrinsik
3.2.1 Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang
tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri
seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya
kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok
remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia
kawan yang tinggi.
3.2.2 Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai
sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi
antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling
mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam
mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai
batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang
tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun
masih dapat saling membantu satu sama lain.
3.2.3 Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada
sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya
mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang
timah tergambar jelas di novel ini. Sehingga menambah
khazanah budaya yang lebih Indonesia.
3.2.4 Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar.
Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar
dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam
dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat merka
patuhi. Hal itu juga yang membuat novel ini begitu kaya.
4. Kelebihan dan Kelemahan
4.1
Kelebihan
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai
dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak
pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang
terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan
penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan
bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan
tiap detail latar yang mem-
background-i adegan demi adegan,
sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal
yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu
kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga
kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu
kuat.
4.2
Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan
karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan
alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau
dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
5. Sinopsis
Novel Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang
anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan
tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga
kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi
dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu
di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di
salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli
ngambat untuk tetap hidup sambil belajar.
Ada Pak Balia yang baik dan bijaksana, beliau seorang Kepala Sekolah
sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main, dalam novel
ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau
berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di
SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas
minimal. Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75.
Ikal, Arai, dan Jimbron pernah dihukum oleh Pak Mustar karena telah
menonton film di bioskop dan peraturan ini larangan bagi siswa SMA Negeri
Bukan Main. Pada apel Senin pagi mereka barisnya dipisahkan, dan
mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkan
WC.
Ikal dan Arai bertalian darah. Nenek Arai adalah adik kandung kakek Ikal
dari pihak ibu,ketika kelas 1 SD ibu Arai wafat dan ayahmya juga wafat
ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut Simpai Keramat.
Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya
bepergian naik sepeda tiba-tiba ayahnya kena serangan jantung dan
Jimbron pontang-panting membawa ayahnya panik. Ia sangat antusias
sekali dengan kuda, segala macam kuda ia tahu.
Ayah Ikal bekerja di PN Timah Belitong, ayahnya pendiam tapi kasih
sayangnya sangat besar, dia bersepeda ke Magai 30 kilometer hanya untuk
mengambil rapot anaknya di SMA Negeri Bukan Main. Dan ibu Ikal
menyiapkan baju safari ayah dengan menyalakan setrika arang dan gesit
memercikan air pandan dan bunga kenanga yang telah direndam semalam.
Ketika belajar di lapangan sekolah Pak Mustar berkata : “Jelajahi
kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya
budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater
terhebat tiada tara Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur,
Montesquieu, Voltaire. Disanalah orang belajar science, sastar, dan seni
hingga mengubah peradaban”. Ikal dan Arai tak berkedip ketika Pak Balia
memperlihatkan gambar yang tampak seorang pelukis dibelakang kanvas
berdiri menjulang Menara Eiffel yang menunduk memerintahkan Sungai
Seine agar membelah diri menjadi dua tepat dikaki-kakinya.
Saat itulah mereka mengkristalkan harapan agung dengan statement yang sangat ambisius : Cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Prancis! Ingin menginjakan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika.
Dengan perjuangan hidup mesti serba terbatas dan banyak rintangan Ikal dan Arai akhirnya diterima kuliah di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Sedangkan Jimbron tetap di Belitong mengurusi kuda milik capo.

Selasa, 01 November 2011

E-Money atau E-Banking

PENGERTIAN

Dalam salah satu laporan yang diterbitkan oleh Bank for Internatioanl Settlement (BIS) pada bulan Oktober 19962, e-money didefinisikan sebagai produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang (monetary value) disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis yang dimiliki seseorang. ‘Nilai elektronis ini dapat diperoleh seseorang dengan menukarkan sejumlah uang tunai atau dengan pendebitan rekeningnya di bank untuk kemudian disimpan dalam peralatan elektronis miliknya. Dengan peralatan tersebut, pemiliknya dapat melakukan pembayaran atau menerima pembayaran, dimana nilainya akan berkurang pada saat digunakan untuk melakukan pembayaran atau bertambah jika menerima pembayaran atau pada saat pengisian kembali. E-money dimaksudkan untuk berbagai keperluan pembayaran (multi purpose), berbeda dengan kebanyakan single-prepaid card yang hanya dapat digunakan untuk keperluan tertentu seperti kartu telepon.
Dilihat dari media yang digunakan, secara umum ada dua tipe produk e-money yaitu :
a. Prepaid Card, sering disebut juga electronic purses, dengan karakteristik sebagai berikut ‘Nilaielektronis disimpan dalam suatu chip (integrated circuit) yang tertanam pada kartu.
Mekanisme pemindahan dana dilakukan dengan meng-insert kartu ke suatu alat tertentu (card reader).
b. Prepaid software, sering disebut juga digital cash, dengan karakteristik sebagai
berikut :
‘Nilai elektronis disimpan dalam suatu hard disk yang terdapat dalam
Personal Computer (PC).
Mekanisme pemindahan dana dilakukan melalui suatu jaringan komunikasi seperti Internet, pada saat melakukan pembayaran.
Secara umum, mekanisme penggunaan e-money yang berbasis kartu, dapat dilihat pada ilustrasi sebagai berikut :
Penjelasan :
(1) “A melakukan pembelian kartu e-money sejumlah nilai yang diinginkan dengan menginstruksikan bank untuk mendebit rekeningnya atas pembelian e-money tersebut.
(2) Atas dasar instruksi tersebut, bank kemudian mendebit rekening “A dan meng-kredit rekening penampungan dan bersamaan dengan itu memasukkan ‘electronic value’ kedalam kartu e-money untuk diserahkan kepada “A”.
(3) “A kemudian melakukan transaksi dengan “B dengan menggunakan kartu e- money miliknya. Atas transaksi tersebut, ‘electronic value akan berpindah dari kartu e-money milik “A ke kartu e-money milik “B melalui peralatan card reader. Dalam beberapa kasus, “B dimungkinkan untuk kemudian menggunakan ‘electronic value’ yang diperolehnya dari “A untuk melakukan transaksi dengan pihak ketiga “C”. Namun dalam kasus lain, e-money hanya dapat digunakan untuk melakukan pembayaran dari pemegang e-money ke merchant, dimana merchant tersebut
kemudian hanya dapat menyetorkan ‘electronic value nya ke bank (lihat penjelasan pada angka IV.4).
(4) “B atau “C kemudian sewaktu-waktu dapat melakukan ‘penyetoran atas
‘electronic value yang ada di kartu e-money miliknya untuk untung rekeningnya di bank.
(5) Atas penyetoran tersebut bank kemudian melakukan verifikasi, kemudian mengkredit rekening “B atau “C dan mendebit rekening penampungan.

Pada ilustrasi di atas, semua pihak yang terlibat dalam transaksi (A, B dan C) adalah nasabah pada bank yang sama yang menerbitkan e-money. Dalam beberapa kasus penggunaan e-money bisa saja melibatkan beberapa pihak yang merupakan nasabah pada bank yang berbeda. Untuk kasus seperti ini tentunya diperlukan mekanisme kliring untuk penyelesaian transaksi antar bank.Penggunaan e-money diperkirakan akan memberikan keuntungan/kelebihan dibandingkan dengan menggunakan uang tunai maupun alat pembayaran non-tunai lainnya, antara lain : Penggunaan e-money lebih nyaman dibandingkan uang tunai, khususnya untuk transaksi-transaksi yang bernilai kecil, seperti :
  1. Nasabah tidak perlu mempunyai sejumlah uang pas untuk suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian.Kesalahan dalam menghitung uang kembalian dari suatu transaksi dapat dikurangi.
  2. Nasabah dapat melakukan isi ulang ‘electronic value kedalam kartu e-money dari rumah melalui saluran telepon, sehingga mereka tidak perlu mengambil tambahan uang tunai melalui ATM.
  3. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan e- money jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu kredit atau kartu debit, karena tidak memerlukan otorisasi on-line, tanda tangan maupun PIN.
BERBAGAI ASPEK DALAM PENGEMBANGAN E-MONEY
Pengembangan e-money di berbagai negara dilakukan dengan pola yang sangat bervariasi. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain :
1. Implementasi teknis
Dari aspek implementasi teknis, produk e-money dapat dibedakan atas :
a. Card-based product, dimana nilai elektronis disimpan dalam media IC (integrated circuit) yang tertanam dalam kartu.
b. Software-based product , dimana nilai elektronis disimpan dalam bentuk software yang terdapat pada personal computer (PC).
2. Jangkauan penggunaan
Dilihat dari jangkauan penggunaannya, e-money dapat dibedakan antara :
a. Sistem Tertutup
Pada sistem tertutup, jangkauan penggunaan e-money sangat terbatas dan hanya berlaku pada lokasi tertentu seperti kampus atau kota tertentu. Pada sistem ini penerbit dan pedagang adalah pihak yang sama.
b. Sistem Terbuka.
Pada sistem terbuka, jangkauan penggunaan lebih luas, dimana penerbit dan pedagang tidak harus merupakan pihak yang sama.
Mekanisme pemindahan dana
Mekanisme pemindahan dana pada e-money ada yang dapat dilakukan secara langsung antar pemegang e-money. Namun ada pula e-money yang hanya dapat digunakan untuk pembayaran ke merchant. Merchant tersebut selanjutnya sewaktu-waktu dapat mentransfer total nilai yang terekam dalam peralatannya untuk dikredit ke rekeningnya di bank.Selain itu, dalam hal mekanisme pemindahan dana, e-money dapat dibedakan atas :
a. Sistem off-line
Pada sistem off-line , informasi dibaca secara elektronis pada magnetic stripe atau micro chip. Dalam sistem off-line ini, pada umumnya, e-money mengandung semua informasi penting untuk mengidentifikasi kartu dan nilai (saldo). Dengan kata lain, pada sistem off-line tidak perlu melakukan hubungan terlebih dahulu dengan lembaga keuangan atau pusat data base untuk proses otorisasi transaksi.
b. Sistem on-line
Dilain pihak, sistem on-line menggunakan sandi pada kartu untuk mengidentifikasi nilai yang ada di dalam kartu ke dalam pusat data base. Nilai yang disimpan dipelihara dalam suatu pusat data base. Terminal penerima kartu dan pusat data base tersebut saling berhubungan. Apabila kartu dipakai untuk melakukan pembayaran atau penambahan sejumlah nilai, data base akan melakukan penyesuaian.

Pencatata
n data transaksi

Sehubunga
n dengan mekanisme pemindahan dana, pada umumnya data transaksi yang terjadi antara customer dan pedagang tercatat pada suatu pusat database, sehingga dapat dimonitor. Namun demikian ada yang hanya melakukan pencatatan data transaksi individual yang sangat terbatas atau tidak sama sekali. Jika suatu desain e-money dapat digunakan untuk melakukan transaksi secara langsung antar pemegang kartu (atau antar PC), maka data transaksi tersebut hanya tercatat pada kartu/PC pemilik e-money tersebut saja, sehingga hanya dapat dimonitor apabila pemilik e-money tersebut melakukan kontak dengan pusat pengelola data base (misalnya, pada saat pemilik e-money melakukan pengisian kembali sejumlah nilai pada peralatannya).

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN E- MONEY
Pengembangan e-money tergantung pada insentif yang akan diperoleh berbagai pihak yang terkait seperti penerbit, customer (pengguna) maupun merchant (pedagang).
1. Penerbit
Bagi penerbit potensi keuntungan yang dapat diperoleh dalam menerbitkan e- money antara lain :
a. Pendapatan atas fee yang dikenakan kepada customer dan pedagang;
b. Pendapatan atas investasi yang diperoleh dari outstanding dana yang terhimpun;
c. Efisiensi atas berkurangnya biaya pengelolaan kas, dalam hal penerbit e- money adalah bank.
2. Customer
Bagi customer, keinginan untuk menggunakan e-money dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :
a. Besarnya fee yang harus dibayar dibanding dengan instrumen pembayaran
lainnya;
b. Privasi dan tingkat keamanan e-money;
c. Kemudahan pemakaiannya;
d. Luas tidaknya penerimaan oleh pedagang.
3. Merchant
Bagi merchant, keinginan untuk menerima pembayaran dalam bentuk e-money, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
a. Besarnya fee yang dikenakan oleh penerbit atau operator;
b. Biaya pengadaan peralatan;
c. Efisiensi atas berkurangnya biaya pengelolaan kas.

ISSUE-ISSUE DALAM PENGEMBANGAN E-MONEY

1. Kebijakan Moneter

Pengembangan e-money berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap permintaan monetary aggregat serta formulasi kebijakan moneter3. E-money dapat menyebabkan meningkatnya velocity of money yang secara temporer dapat mengurangi efektivitas penggunaan monetary aggregat, khususnya M1, bagi bank sentral yang menggunakannya sebagai target atau indikator ekonomi. Dampak e- money terhadap kebijakan moneter bank sentral dapat dilihat dari sisi permintaan (demand) dan penawaran (supply). Dari sisi permintaan, dampak e-money terhadap implementasi kebijakan moneter tergantung sejauh mana dampaknya terhadap reserve bank-bank di bank sentral. Jika penggunaan e-money merupakan substitusi terhadap simpanan masyarakat (tabungan/deposito) di bank, maka pengurangan yang cukup signifikan terhadap jumlah simpanan masyarakat tersebut pada akhirnya dapat mengurangi reserve bank-bank di bank sentral yang selama ini ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari kewajiban bank terhadap pihak ketiga. Pengurangan reserve yang cukup besar dapat mengganggu efektivitas bank sentral dalam mengendalikan tingkat suku bunga pasar uang.Dari sisi penawaran, dampak e-money tergantung sejauh mana e-money tersebut menggantikan peran uang tunai. Pada umumnya, uang tunai merupakan komponen liabilities terbesar dalam neraca bank sentral. Jika substitusi e-money terhadap uang tunai cukup besar maka neraca bank sentral juga akan jauh berkurang. Permasalahannya adalah sampai seberapa besar pengurangan tersebut mulai memberikan dampak yang berlawanan terhadap implementasi kebijakan moneter.

2. Pendapatan Seigniorage
Sehubungan dengan kewenangannya dalam pencetakan dan penerbitan uang kartal, bank sentral memperoleh pendapatan yang dikenal sebagai pendapatan seigniorage. Besarnya pendapatan ini sangat bervariasi di berbagai bank sentral. Penggunaan e-money yang cukup luas dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah uang yang harus dicetak oleh bank sentral yang berarti mengurangi pendapatan seigniorage-nya. Oleh karena itu, berkurangnya seigniorage akibat pemakaian e- money yang cukup luas merupakan salah satu perhatian bank sentral. Dalam hal ini apakah pengurangan yang cukup besar tersebut akan mengganggu biaya operasional bank sentral, sehingga bank sentral harus memikirkan sumber pendapatan lain untuk menutupi biaya operasionalnya.
3. Lembaga Penerbit

Kebijakan mengenai lembaga yang dapat menerbitkan e-money dapat dilihat dari pilihan apakah hanya bank, lembaga keuangan non-bank atau termasuk lembaga non-keuangan. Jika dua lembaga terakhir ini diikutsertakan maka dari sisi pengawasan akan lebih sulit, karena otoritas pengawasan bank sentral umumnya hanya pada bank.
Pengaturan mengenai lembaga penerbit ini umumnya merupakan ‘trade-off bagi setiap negara. Jika penerbit e-money hanya dibatasi pada bank, maka kerangka pengaturan yang ada saat ini hanya tinggal dikembangkan agar mencakup produk e-money, namun tingkat kompetisi dan inovasinya menjadi terbatas. Sebaliknya, jika lembaga penerbit e-money diperluas, maka akan terdapat tingkat kompetisi dan manfaat yang lebih besar, namun akan menimbulkan sejumlah permasalahan dalam pengaturan. Lebih jauh lagi, jika suatu lembaga penerbit tidak terkena peraturan sebagai mana yang dikenakan kepada bank, maka perlu dipertimbangkan apakah hal ini cukup baik mengingat risiko yang ada..Dan masih banyak lagi informasi tentang e-money yang akan di bahas di kelas nanti.