Rabu, 30 Maret 2011

Resensi Buku 5 Menara

hahahaa..
sebenernya gw gak pernah bikin-bikin resensi tentang apapun tapi berhubung menyakut nilai apa boleh.
maap ya bu dosen ^...^ ihiiiiihiihiii

      oke dahh langsung aja baca resensi pertama gw. hwaahahaha cekidot
Resensi buku negeri 5 menara

Judul Negeri 5 Menara : Sebuah Novel yang Terinspirasi Kisah Nyata  
No. ISBN 9789792248616 
Penulis A. Fuadi 
Penerbit Gramedia Pustaka Utama 
Tanggal terbit Agustus - 2009 
Jumlah Halaman 432 halaman

Jenis Cover Soft Cover 
Dimensi(L x P) 135x200mm
Kategori Kisah Nyata 


Text Bahasa Indonesia ·      





       Ini salah satu novel yang bisa  bikin hidup lebih semangat.. hahahahaa patut dibaca buat anak-anak yang masi labil.hahahaa.. (yang saat sekarang ini terlena dengan dunia mereka) pissss. *canda

    kenapa gw ambil ini novel jadi resensi karena. gw rasa Negeri 5 Menara bisa tampil dengan gaya tersendiri. Mengambil setting pesantren dan cerita awal keterpaksaan  seorang anak yang ingin memilih dunia sendiri, membuat gw serasa masuk sekali di dalamnya. Kenapa? mungkin karena sama-sama anak laki kali ya,beban berat buat keluarga. hahahahaa *gak nyambung

Cerita selanjutnya pun gw suka.. banyak banget tausyiah-tausyiah keren yang ada di ini buku..  semua mengalir dengan nyaman dan seperti masuk dalam kehidupan pesantren dengan segala suka dan dukanya, dengan semua kedisiplinan dan kesederhanaan.. dan yang paling mendasar dari semuanya adalah MAN JADDA WAJADA (wuiiiiddiiiihh ini kata-kata bikin merinding boo).. yang artinya=siapa yang bersungguh2 dia akan berhasil.seperti menjadi dasar pikir dari tiap santri. Intinya kalo gw tarik kesimpulan menurut pikiran gw "Apapun yang kita lakukan, sekecil apapun itu.. bersungguh2lah.. maka akan sukses.. insyaAllah.."  setuju kaga?:)

 bagian-bagian yang membuat gw sedikit cengeng *lebaay..(iyalah kan gw cinta ama emak gw hahahaa) saat kerinduan Alif pada sosok ibunya(bahasa orang sononya=amaknya). Deskripsi Alif tentang ibunya : “Di saat hatiku rusuh dan nyeri, dia selalu datang dengan sepotong senyum yang sanggup merawat hatiku yang buncah’
Juga pada sebuah nasehat singkat “surga itu dekat.. sangat dekat.. dia di bawah telapak kaki ibu”. sampai di bagian ini gw merasa betapa bakti gw sama orang tua sangat gak sebanding sama apa yang mereka berikan kepada gw. (huuuiiiii..kkaiiinngg)

naah Seperti Laskar Pelangi yang memunculkan sosok Aling yang membuat bagian sumringah.. heuheu.. di sini juga ada, dengan judul yang sangat menawan “nama yang bersenandung”.. SAH!..  kece banget dah ini kata-kata.. Hehe.. apalagi prinsip Man Jadda wajada juga diaplikasikan di sini sehingga punguk pun tak lagi merindukan bulan.. karena si punguk telah berubah menjadi garuda yang terbang tinggi dan mendarat di bulan.(cadass..) Bagaimana kelanjutan si punguk yang menjelma menjadi garuda? Baca sendiri… :D

  pedoman baru yang gw dapet darit di novel ini selain Man Jadda wajada tadi adalah Ajtahidu fauqa mustawal akhar. Berjuang di atas usaha orang lain. Dan juga semangat Alif waktu memaksa diri untuk belajar. Setiap ingin menyerah dan tidur, Alif melecut dirinya dengan kata2 “ayo satu halaman lagi.. satu kalimat lagi.. satu kata lagi..”.(bayangin anak-anak seumuran segitu yang labil tapi punya motivasi tinggi buat merubah hidup &meraih meraih mimpi-mimpi ). ini bagian yang gw suka..

 di halaman 106 sampai 109.  Inisalah satu bagian yang gw suka juga,ada dua hal  yang paling penting untuk mempersiapkan diri menjadi sukses yang disampaikan ustadz Salman..







naahh daahh yaaa.. ntar kalo kebanyakan jadi gak seru. hahahaa.

soo penilaian gw = gak sabar nunggu buku kedua.. Hahahaa... arrriibbaaa...

Selasa, 01 Maret 2011

Asal usul bahasa gaul


Asal usul bahasa gaul.

yuuukk marii..

Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering juga digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Kita pasti sering mendengar istilah-istilah gaul seperti cupu, jayus, atau jasjus, dan sebagainya. Bahkan mungkin kita sendiri sering menggunakannya dalam obrolan sehari-hari dengan teman-teman. Sebagai anak gaul, ya kita sih senang-senang saja menggunakan kosakata barn yang enggak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Paling- paling guru bahasa Indonesia atau orangtua kita saja yang agak risi kalau kebetulan mereka mendengarnya.
Seharusnya mereka enggak perlu merasa terganggu mendengar bahasa gaul remaja zaman sekarang. Toh di saat mereka muda dulu, mereka juga punya bahasa gaulnya sendiri. Iya, bahasa gaul enggak hanya muncul belakangan ini saja, tapi sudah muncul sejak awal 1970-an. Waktu itu bahasa khas anak muda itu biasa disebut bahasa prokem atau atau bahasa okem. Salah satu kosakata bahasa okem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah "bokap".
Bahasa okem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas mereka enggak mengerti. Dengan begitu, mereka enggak perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa okem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya, coba deh tanya bokap atau nyokap kita, tabu enggak mereka dengan istilah mokal, mokat, atau bokin. Kalau mereka enggak mengerti artinya, berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering kan mendengar istilah "bencong" untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-an juga, ya... hampir bersamaan deh dengan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias enggak ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk sebuah lawakan yang enggak lucu, kita biasa menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang enggak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu bisa dibilang kosakata baru.

Ini berbeda dengan bahasa okem dan bahasa bencong yang populer di tahun 1970-an. Misalnya, kata bokap dan bencong merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci.
Ada rumusnya
Ada banyak ragam bentukan bahasa gaul. Berikut ini penjelasan singkat beberapa metode atau rumus dalam membentuk atau memodifikasi kata.
- Tambahan awalan ko.
Awalan ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Caranya, setiap kata dasar, yang diambil hanya suku kata pertamanya. Tapi suku kata pertama ini huruf terakhirnya harus konsonan. Misalnya kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem. Setelah itu tambahi awalan ko, maka jadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi dengan menggonta-ganti posisi konsonan sehingga prokem. Dengan gaya bicara anak kecil yang baru bisa bicara, kata prokem lalu mengalami perubahan bunyi menjadi okem.
Contoh lainnya:
Mati - komat (ko+mat) - mokat
Bini - kobin (ko+bin) - bokin
Beli - kobel (ko+bel) - bokel
Bisa - kobis (ko+bis) - bokis
Dengan metode yang sama, waria di Jawa Timer mengganti awalan ko dengan si
- Kombinasi e + ong
Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi dan ditambah akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf vokal pada suku kata kedua digani ong.
Contoh lain:
Makan - mekong
Sakit - sekong
Laki - lekong
Lesbi - lesbong
Mana - menong
Ada juga waria yang kemudian nengganti tambahan ong dengan es sehingga bentukan katanya
Banci - bences
Laki - lekes
Tambahan sisipan Pa/pi/pu
Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku katanya. Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i ditambahi pi, begitu seterusnya.
Contoh:
Mati - ma (+pa) ti(+pi) - mapatipi
Cina - ci (+pi) na (+pa) - cipinapa
Gila - gi (+pi) la(+pa) - gipilapa
Tilang - ti (+pi) la(+pa)ng - tipilapang
Bahasa gaul dengan bentukan kata macam ini rasanya merepotkan. Memang sih sebagai bahasa sandi atau bahasa rahasia mungkin cukup ampuh. Tapi enggak praktis. Bayangkan saja sebuah kata yang tadinya terdiri dari dua suku kata jadi empat suku kata. Jadi terlalu panjang mengucapkannya.
- Sisipan in
Pernah dengar istilah lines? Lines itu artinya 'lesbi'. Rumusnya, setiap suku kata pertama disisipi in. Kata les-bi disisipi -in jadi 1(in)es b(in)I = linesbini. Biar gampang sering disingkat jadi lines saja.
Contoh lain:
Banci - b(in)an-c(in)i - binancini
Mandi - M(in)an-d(in)i -- Minandini
Toko - t(in)o-k(in)o - tinokino
Homo - h(in)o-m(in)o - hinomino
Contoh-contoh di atas bisa dibilang pembentukan kata yang beraturan. Ada juga bentukan kata yang enggak beraturan, jadi enggak bisa dibikin rumusnya. Misalnya kata cabut yang kemudian jadi bacut. Artinya pergi atau berangkat. Bisa juga diartikan lari atau kabur bila diucapkan dengan intonasi tinggi dan panjang (Cabuuut...!). Susah kan, menghubung-hubungkan kata pergi, berangkat, lari, atau kabur dengan kata cabut. Contoh lainnya kata kece untuk cantik. Coba deh dikutak- katik, siapa tahu bisa dibuatkan rumusnya.
Istilah dalam bahasa gaul sekarang ini kayaknya cenderung ke arah yang enggak beraturan itu atau dengan menyingkat kata
Misalnya kalau kita mendengar ada orang yang bilang "macan tutul di Gedung MPR, pamer paha di jalan tol" tentu itu bukan menunjukkan arti sebenarnya. Enggak ada macan tutul di MPR dan enggak ada cewek-cewek pakai rok mini di jalan tol. Tapi maksud dari kalimat tersebut: "macet total di depan Gedung MPR dan padat merayap tanpa harapan di jalan tol".







Masuk KBBI
Bahasa gaul rupanya enggak cuma menarik buat para penggunanya, tapi juga menarik untuk diseminarkan. Buktinya kira-kira setahun yang lalu pernah digelar acara diskusi "Bahasa Slang, Bahasa Gaul dalam Dinamika Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing" di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Yang jadi pembicaranya, antara lain, seniman Remy Silado dan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono.
Pak Dendy bilang, bisa saja istilah-istilah gaul dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang akan diterbitkan pada tahun 2008. Di samping itu, Pusat Bahasa Depdiknas pun akan mengeluarkan KBBI yang hanya memuat istilah-istilah baku. Dengan kata lain, kalau inisiatif Pak Dendy ini terlaksana, tahun 2008 nanti akan ada dua versi KBBI. Salah satunya akan mencantumkan istilah-istilah gaul. Kayaknya rencana Pusat Bahasa mencantumkan istilah gaul dalam KBBI bukan omong kosong. Indikasinya sudah kelihatan kok. Beberapa bulan lalu lembaga ini pernah merilis tentang asal-usul istilah gaul. Dari istilah nih ye, memble, kece, bo, nek, jayus, jaim, sampai gitu loh Hebat kan mereka bisa menemukan siapa saja orang pertama yang menciptakan/menggunakan atau memopulerkan istilah-istilah tersebut. Nah, kita masih ada waktu setahun lebih untuk menciptakan istilah-istilah baru untuk dicantumkan dalam KBBI.