Selasa, 27 Oktober 2009

Apa yang harus dilakukan oleh kita?

oke mungkin ini cuman iseng" buat bro and sis, yang masi tidak mempedulikan  predikat kita sebagai 'MAHASISWA'. buat sharing aja  bro and sis, saya masukin post ini,

(sekelumit tentang gerakan mahasiswa di Indonesia)

Sejarah gerakan mahasiswa tak bisa dilepaskan dari kondisi zaman yang bersangkutan dimana, dinamika sosio-politik mendasarinya. Gerakan mahasiswa selalu diidentikan dengan aksi penyikapan menentang kebijakan penguasa, atau isu-isu yang berkembang dalam level lokal, nasional, bahkan internasional. Penyikapan aksi yang bisa dilakukan dengan berbagai metode entah turun ke jalan, penyebaran pamflet, diskusi kecil-kecilan dan masih banyak lagi. Semuanya berdasarkan suatu asumsi bahwa mahasiswa adalah kaum terpelajar yang sudah menempuh hirarki pendidikan paling tinggi. Ditambah kelompok mahasiswa sebagai motor penggerak suatu gerakan menuju perubahan.
Disamping itu gerakan mahasiswa dipandang sebagai media pendidikan untuk lebih tanggap atas berbagai fakta terhadap masyarakat. Ada pandangan yang menilai bahwa kampus sebagai menara gading yang memisahkan antara realitas versus teori dan pada akhirnya menggiring pada ketidakpahaman kondisi masyarakat. Patut dicatat kembali adalah fakta historis bahwa perubahan di Indonesia tak lepas dari peranan mahasiswa 1908,1928,1945,1966,1998 dan…
Dan janin itu mulai berkembang…
Abad 20 adalah periode keemasan bagi munculnya kesadaran untuk lepas dari penjajahan kolonialisme-imperialisme asing. Hal tersebut bisa dinilai abad auklarung bagi kesadaran untuk pembebasan nasional dalam rangka mencapai kemerdekaan. Tak lepas dari kondisi yang menguntungkan Indonesia pada saat itu, politik etis pemerintah kolonial Belanda seperti edukasi membuat para kaum muda diberi kesempatan untuk meraih pendidikan sampai level yang lebih tinggi bahkan sampai ke luar negeri. Pada tahun 1915, murid-murid STOVIA mencoba memulai gerakan dengan mendirikan Trikoro  Dharmo. Pembentukan Tri Koro Dharmo adalah embrio dari momentum Sumpah Pemuda yang merupakan titik awal dari dimulainya rasa persatuan dan kesatuan atas dasar kebangsaan.
Pergerakan menuju kemerdekaan pun mulai banyak bermunculan sebagai reaksi keras atas penjajahan kolonial. Walaupun sempat mengalami kondisi kelumpuhan pergerakan nasional akibat tindakan kolonial yang mnghancurkan pemberontakan 1926, muncullah  alternatif  Kelompok Studi (Studie-studie Club)  yang politis dilihat   dari  orientasi dan tindakan  politiknya. Analisa  terhadap  Studie Club jelas  memberikan kesimpulan bahwa  kondisi obyektif ekonomi politik pada saat  itu politik kolonial yang semakin represif, yang kemudian  berubah  menjadi liberal  karena  perubahan status  ekonomi Belanda  dan  Hindia Belanda dapat direspon dan distimulasi oleh kondisi  subyektif studie club yang bertransformasi menjadi sebuah partai. Walhasil, perjuangan itu mencapai pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai Proklamasi Kemerdekaan yang merupakan pertanda bebasnya Indonesia dari penjajahan asing (meskipun ???)
Perjalanan itupun dimulai…
Sekitar tahun 1940-an akhir sampai medio 1950-an mulai bermunculan berbagai macam organisasi mahasiswa yang dimulai dari HMI (Himpunan Mahasiswa Islam),GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia),GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia),PMKRI (Persatua Mahasiswa Katolik Republik Indonesia),GMSOS (Gerakan Mahasiswa Sosialis),CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia). Perkembangan tersebut diikuti dengan konstelasi politik yang menunjukkan relasi antara PKI-Soekarno-Militer. Relasi tersebut bersifat antara PKI dan militer sementara Soekarno sebagai penyeimbang Sampai pada akhirnya tejadi pergolakan 1965 yang menggulingkan Soekarno dari kursi presiden, pun mahasiswa saat itu memainkan peranannya meskipun banyak yang menilai bahwa militer dan CIA/kepentingan AS turut campur tangan.
Memasuki dasawarsa 1970-an terlebih pada peristiwa MALARI (Malapetaka Lima Hari) 1974 yang memprotes dominasi modal asing ke Indonesia, gerakan mahasiswa lebih banyak ke aksi moral yang menurut Arief Budiman, diibaratkan seperti koboi yang sedang membasmi perampok di suatu kota, setelah perampok selesai ditangani maka koboi akan pergi begitu saja atau dengan pendek kata hanya sebatas koreksi ketika ada ketimpangan dalam masyarakat. Menjelang Pemilu 1977, gerakan mahasiswa mulai mengembangkan diri ke isu-isu politik diantaranya ketidakpercayaan kepada pencalonan kembali Presiden Soeharto sebagai presiden. Disamping itu, tokoh militer ini dinilai tak mampu memperbaiki kondisi perekonomian bangsa. Walhasil, perlawanan mahasiswa tersebut dijawab dengan kebijakan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Kordinasi Kampus) yang menetralisir kehidupan kampus bersih dari isu politik.
Dan Perlawanan itu makin menghebat…
Kondisi kehidupan kampus yang netral dari masalah politik membuat mahasiswa mencari alternatif lain untuk mengkritisi pemerintahan Orde Baru antara lain dengan cara forum diskusi, turun ke organ-organ sektoral (buruh, petani, nelayan, miskin kota) lewat metode advokasi, dan beberapa mencoba ke jalur pers. Dukungan kepada mahasiswa pun mulai mengalir dari beberapa cendikiawan dan tokoh-tokoh nasional antara lain, Gus Dur dan Nurcholis Madjid. Sedikit demi sedikit kekuasaan rezim Orde Baru mulai digerogoti oleh pihak-pihak yang mulai merasa kediktatoran ini harus diakhiri sebab represifitas kepada rakyat hanya akan memperhebat resistensi. Dan pada akhirnya tanggal 21 Mei 1998, Bapak Pembangunan Jenderal Soeharto yang dianggap sebagai representasi rezim Orde Baru itu mundur.
Pergantian tampuk kekuasaan ke tangan Gusdur lalu ke Megawati dianggap masih belum memuaskan keadaan ekonomi-politik dan segala aspek lainnya. Sebab zaman baru sedang tiba yaitu Globalisasi yang diyakini tidak menghasilkan pemerataan kesejahteraan bagi rakyat. Paham baru ini mengharuskan dunia ada di bawah tatanan aspek yang mengglobal, namun yang malah terjadi penyeragaman paham. Bahkan yang lebih parah lagi, janji globalisasi untuk kemakmuran masyarakat dunia malah menyisakan kemiskinan bagi negara-negara berkembang tak terkecuali Indonesia. Oleh karena itu, ada yang bilang bahwa globalisasi tak jauh berbeda dengan penjajahan gaya baru.
Jadi, bagaimana…?
Zaman penjajahan gaya baru menghancurkan pagar-pagar negara-bangsa dan ironisnya diwarnai sebuah kerusakan dimana-mana mulai dari ekonomi, politik, budaya, hingga pola pikir suatu bangsa. Sulit dibedakan mana yang nasional dan global. Jika diambil dalam ruang ke-Indonesia-an maka kita akan menemukan bagaimana aset publik seperti (tanah, hasil tambang, kesehatan, pendidikan, dsb) jatuh ke tangan penjajah asing dan beberapa gelintir boneka penjual bangsa yang nyata-nyata duduk dalam lembaga-lembaga negara atau disekeliling kawan pembaca sekalian.
Invasi perusahaan raksasa berbendera pihak asing telah merusak kemandirian Indonesia. Lihat !!! Perusahaan Freeport leluasa menguras habis kekayaan alam bangsa ini, belum lagi perusahaan lainnya yang wataknya tak jauh berbeda dengan penjajah Belanda dahulu. Di sektor paling dekat seperti pendidikan, konsep Badan Hukum Milik Negara (BHMN) tak lebih adalah proyek World Trade Organization (WTO) dalam mengkomersialisasikan pendidikan yang notabene sarana pencerdasan kehidupan bangsa. Jika pendidikan sudah dikomersialisasikan maka yang terjadi adalah kenaikan SPP dan pada akhirnya tercipta sebuah kata-kata yang menakutkan yaitu :PENDIDIKAN BUKAN UNTUK ORANG MISKIN !!!
Di masa lalu, saat mana kampus selalu menjadi satu suara untuk rakyat, baik itu birokrat, dosen maupun mahasiswanya. Pergeseran tradisi pembelajaran secara signifikan kini telah berhasil menutup ruang-ruang kreatifitas mahasiswa dalam membangun pergerakan akibat sempitnya kesempatan aktualisasi. Para mahasiswa terjebak dalam suasana kuliah secepatnya, IP bagus, dapat kerja, tanpa sempat memikirkan realitas di luarnya padahal mahasiswa adalah bagian dari masyarakat. Perlu sebuah kesadaran untuk mengubah keadaan yang sudah demikian ini, untuk segera menghasilkan apa yang dinamakan perubahan sosial dimana keadilan sosial tercipta. Kesadaran ialah suatu pola pikir yang terprogram untuk segera melakukan praktek dalam dimensi realitas. Kesadaran untuk berbangsa dan bernegara dalam menghadapi era baru yaituGLOBALISASI

semoga posting ini berguna bagi bro and sis,yang masi terjebak dalam dunia kuliah yang semu;)

Selasa, 20 Oktober 2009

Nasi uduk dan semur tahu/telor



Description:
berawal dari Coba-coba ternyata bisa juga buat nasi uduk...Walaupun bahan-bahannya sangat sederhana ternyata nasi uduk buatanku rasanya enak juga...
buat bro and  sis, yang suka nasi uduk ini resepnya^^



Ingredients:
Bahan Untuk Membuat Nasi Uduk:
1 liter beras dan cuci
1 liter santen kelapa
3 daun salam
1 batang sereh
1 cm jahe
Garam secukupnya

Bahan Untuk Membuat Semur
2 buah tahu putih potong dadu dan goreng
6 buah telor yang sudah di rebus dan kupas
1 liter santen
100 cc kecap manis atau sesuai selera

Bumbu Yang di Haluskan:
3 bauh bawang merah
2 buah bawang putih
1 cm jahe
½ cm kunyit
1 buah tomat yang kecil
¼ sendok teh pala
½ sendok makan lada
2 sendok makan royco rasa sapi
Garem secukupnya




Directions:
Cara Membuat Nasi Uduk
• Masak air santen, daun salam, sereh, jahe dan garam
• Aduk-aduk sampai mendidih
• Lalu masukan beras, aduk-aduk sampai rata
• Setelah air nya habis angkat, kemudian kukus
• Setelah matang angkat dan hidangkan dengan:
Emping, timun, semur tahu & telor, sambel kacang dan bawang goreng


Cara Membuat Semur Tahu dan Telor:
Tumis bumbu yang sudah di haluskan sampai harum
Kumudian masukan kecap dan aduk-aduk selama 5 menit
Lalu masukan tahu dan telor
Seterusnya masukan santen
Masak sampai mendidih atau kecap sudah menyerap dengan tahu dan telor
Angkat dan taburkan bawang goreng
Hidangkan hangat-hangat


Tip:
Santen harus dibiarkan mendidih, supaya santen nya tidak pecah. Karena kalau pecah nasi uduknya jadi tidak enak.
Untuk lebih enak, berikan sedikit minyak bekas goreng bawang ke nasi.